Rektor IPB University Prof. Arif Satria menyoroti pentingnya konsorsium Sekolah Vokasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perusahaan, perguruan tinggi, politeknik, SMK, serta pemerintah Pusat, Provinsi, Kota dan Kabupaten. Hal tersebut disampaikan dalam penyampaian sambutan pada acara Business Matching dan Diskusi Publik Konsorsium Program Penguatan Ekosistem Kemitraan untuk Pengembangan Inovasi Berbasis Potensi Daerah Provinsi Jawa Barat dan Banten IPB International Convention Center (IICC), Senin (8/7)
Prof. Arif Satria juga menekankan perlunya perhatian khusus terhadap lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. “Dari 3,7 juta lulusan SMA, hanya 1,8 juta yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Sisanya masih harus kita perhatikan,” katanya.
Lebih lanjut Prof. Arif Satria menggambarkan matriks kondisi lulusan SMA/SMK berdasarkan prestasi akademik dan tingkat ekonomi. Prof. Arif menekankan bahwa mereka yang berada dalam kuadran rendah prestasi akademik dan ekonomi merupakan mayoritas yang membutuhkan solusi cepat dan praktis. “Oleh karena itu, pengembangan sekolah vokasi khususnya program D1 sangat penting. Program ini bisa memberikan solusi cepat kepada lulusan SMA/SMK yang kurang mampu dan perlu segera bekerja,” tambahnya.
Prof. Arif Satria mencontohkan inisiatif yang telah dilakukan di Sumatera Barat melalui program D1 di bidang penggemukan sapi, yang melibatkan perguruan tinggi setempat. Program ini dirancang untuk menciptakan tenaga kerja siap pakai sesuai kebutuhan industri. “Kami mengandeng perguruan tinggi di Sumatera Barat untuk menjalankan program D1 yang fokus pada kebutuhan industri lokal. Kurikulum dirancang sesuai dengan kebutuhan industri, sehingga beban pemerintah menjadi lebih ringan karena didanai oleh swasta,” jelas Prof. Arif.
Prof. Arif Satria juga mengajak para peserta untuk mengunjungi Science Techno Park IPB yang telah mendampingi 382 startup dan menghasilkan berbagai inovasi yang siap dipasarkan. “Kami memiliki teaching industry dan teaching factory di Science Techno Park, tempat kami mengelola inovasi-inovasi IPB. Banyak dari startup kami yang sudah menjadi eksportir, termasuk tanaman hias, ikan, dan tempe ke berbagai negara,” ungkapnya.
Salah satu inovasi menarik dari Sekolah Vokasi IPB adalah produk organik untuk mengusir kecoa, yang telah memenangkan juara satu nasional untuk inovasi produk kreatif. “IPB fokus pada green lifestyle dan healthy lifestyle. Segala sesuatunya berbasis bio dan inovasi bio, yang merupakan masa depan yang harus kita dorong,” tambahnya.
Prof. Arif Satria menegaskan komitmen IPB dalam mendukung program link and match antara pendidikan vokasi dan industri, serta percepatan hilirisasi inovasi. “Kami ingin riset dan inovasi yang kami kembangkan dapat berdampak bagi masyarakat dan pertumbuhan industri,” kata Prof. Arif.