Bogor, 14 Maret 2024 – Sekolah Vokasi IPB University menerima kunjungan Studi Banding untuk Program Studi (Prodi) Akuntansi dari Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan Bogor (IBI Kesatuan). Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka untuk berdiskusi mengenai Proyek Akhir Sarjana Terapan khususnya pada program studi Akuntanis, Kamis (14/3) di Sekolah Vokasi IPB. .
Wakil Dekan Sekolah Vokasi IPB University Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni, Dr. Ir. Rina Martini, M.Si mengungkapkan Sekolah Vokasi IPB telah mengalami perkembangan signifikan sejak penyelesaian tranformasi dari program Diploma.
“Kami telah berkembang menjadi sekolah vokasi dengan 16 program studi yang telah menjadi vokasi, dan satu program studi sedang dalam proses menjadi Sarjana Terapan,” kata Dr. Rina.
Bahkan, sebanyak Program studi komunikasi digital dan media dan akuntansi termasuk ke dalam 10 besar dengan pelamar pelamar terbanyak di IPB. “Hal itu menunjukkan bahwa saat ini kami bersaing secara langsung dengan S1,” ungkap Dr. Rina.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Fakultas Vokasi Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan (IBI Kesatuan), Dr. Adil Fadillah, SE., MM mengungkapkan pihaknya belum lama ini melakukan transisi dari program Diploma menjadi Vokasi.
“Kami belum lama ini baru melakukan transisi dari sebelumnya STIE menjadi IBI Kesatuan dengan program Vokasi. Oleh karena itu, kami masih memerlukan pengalaman khususnya kepada sekolah vokasi IPB,” kata Dr. Adil.
Sementara itu Ketua Program Studi Akuntansi Sekolah Vokasi IPB Ratih Pratiwi, S.E., M.Ak, dalam paparannya menyampaikan bahwa mahasiswa-mahaiswi sekolah Vokasi melakukan proyek akhir pada semester 8. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dari semester 1-5, mahasiswa dilakukan penguatan secara teori dan praktik.
“Pada semester 8,setelah mereka juga telah magang sebelumnya di semester 6 dan 7, mereka dapat memilih proyek akhir berupa hasil kajian karya, magang proyek akhir, kegiatan kewirausahaan, pemecahan masalah, penelitian terapan, penelitian aksi kaji tindak, analisis kasus rekayasa sosial, dan analisis kebijakan” ujar Ratih. (GBD/ASW)
